Kebanyakan anak berfikir bahwa masa kecilnya pasti dihabiskan untuk bermain. Tetapi, pemikiran itu bisa berubah saat diagnosa kanker datang. Waktu yang seharusnya digunakan untuk bermain, kini lebih banyak dihabiskan untuk berobat. Karena itu, sebagai orang dewasa, tugas kita adalah membantu mereka memahami situasi ini dengan penuh kesabaran dan empati.
Bagaimana Kanker Mempengaruhi Mental Anak?
Anak pejuang kanker dapat menghadapi siklus emosional yang tidak stabil, jadi, kita harus memahami dulu perasaannya. Bahkan, dampak psikologis anak penderita kanker bisa jadi jauh lebih parah daripada rasa sakit fisik. Beberapa tantangan psikologis yang sering muncul antara lain:
1. Kebingungan dan kehilangan kendali.
Anak biasanya terbiasa dengan rutinitas sehari-hari seperti sekolah, bermain, dan waktu tidur yang teratur. Tetapi saat kanker datang, semuanya berubah. Rutinitas yang dulu menyenangkan menjadi rutinitas jadwal ke rumah sakit. Hal ini sering membuat anak merasa bingung dan seolah kehilangan kendali atas hidupnya.
2. Ketakutan dan cemas berlebih.
Mereka bisa saja overthinking dengan penyakit yang dihadapinya. Bahkan, pikiran mereka bisa menciptakan skenario yang jauh lebih menakutkan daripada kenyataan. Mereka bisa memikirkan meninggalkan keluarga, atau bahkan berfikir bahwa kanker datang karena salah mereka sendiri.
3. Merasa berbeda dengan lingkungan sekitarnya.
Perubahan fisik yang mereka hadapi seperti rambut rontok dapat membuat mereka merasa malu. Bahkan, bisa saja teman sebayanya bertanya mengenai itu dikarenakan tidak mengerti.

Peran Orangtua dan Orang Sekitarnya: Memberi Pemahaman Kepada Anak Dari Rumah
Dukungan itu bisa dimulai dari hal-hal sederhana. Seperti:
Untuk Orangtua:
1. Memberikan informasi kepada anak dengan jujur dan tenang
Gunakan bahasa sederhana saat menjelaskan kondisi kepada anak. Seperti, “ada penyakit di tubuh kamu, tapi kamu jangan kawatir. Karena dokter akan kasih obat ke kamu supaya kamu cepat sembuh”. Dengan itu, anak menjadi lebih tenang.
2. Pertahankan rutinitas anak
Usahakan tetap menjaga rutinitas anak, seperti waktu makan bersama, atau nonton film bareng. Hal ini membantu anak merasa nyaman dan aman.
3. Memahami perasaan mereka
Katakan bahwa wajar jika mereka merasa marah, sedih, atau takut. Validasi emosi anak agar mereka paham kalau perasaannya dimengerti.
Untuk Orang Sekitar:
Ajarkan anak – anak untuk menjadi teman baik bagi mereka yang sedang berjuang melawan kanker. Kadang, ucapan yang menyakitkan atau tatapan sinis bisa membuat hati mereka semakin terluka. Disinilah kita sebagai orangtua, memiliki peran untuk mengajarkan rasa empati kepada anak.
Empati bisa diajarkan lewat hal-hal sederhana dalam keseharian. Berikut tiga cara mudah yang bisa dilakukan:
1. Jangan melihat dari penampilannya saja
Jelaskan kepada anak jika teman mereka yang mengidap kanker tetap orang yang sama, walaupun fisiknya berubah.
2. Tetap bisa berteman, meski terhalang jarak
Pertemanan harus tetap terjaga walau jarang ketemu. Jika temannya harus dirawat di rumah sakit, ajak anak untuk mengirim pesan atau melakukan video call. Karena, hal kecil ini bisa sangat berarti.
3. Latih untuk berikan support, bukan bertanya
Latih anak untuk menjadi teman yang suportif, bukan teman yang terlalu ingin tahu. Anak dianjurkan untuk mengatakan “Yuk, bermain samaku” bukan malah bertanya, “Kenapa rambut kamu botak?” .
Beri Perlindungan Untuk Masa Depan Anak
Ada banyak cara untuk melingungi masa depan anak, salah satunya memiliki asuransi kesehatan keluarga. Memiliki asuransi penting untuk pelindung finansial ketika masalah kesehatan datang tiba – tiba. Tetapi, ada hal lain yang tidak kalah penting, yaitu dukungan emosional dari orang terdekat.
Dengan mengajarkan anak – anak kita untuk memberi dukungan dan berempati, kita tidak hanya membuat pejuang kanker merasa diterima. Tetapi juga membuat masyarakat lebih peduli dan saling support di masa depan.